Selasa, 27 April 2010

Kamijo


Salams
April 28th-2010

Suatu cerita di suatu tanah hutan hujan tropis yang subur, lembab dan penuh dengan sumber daya alam hayati lainnya, hiduplah seekor harimau. Seperti layaknya harimau pada umumnya, di hutan itu kebanyakan mereka hidup secara terpisah, menyendiri dan menjadi penguasa di wilayahnya masing-masing. Dalam kisah ini harimau muda bernama Kamijo.

Kamijo adalah seekor harimau yang biasa saja, tidak terlalu ganas, tidak pula mudah dijinakkan. Kamijo juga jarang melakukan suatu perburuan yang berujung pada pembunuhan jika ia tidak lapar dan merasa perlu untuk melakukan hal tersebut. Kamijo lebih sering melakukan hal-hal yang menurutnya dapat menjadi senjata baginya dalam bertahan hidup. Kegiatan mengasah cakarnya di batang-batang pohon mangrove yang hanya ada di kawasan hutan hujan tropis merupakan kegiatan kesukaannya. Karena dengan melakukan hal tersebut, Kamijo merasa ia dapat menjadi seekor harimau yang lebih baik dan memberikan perlindungan terhadap penghuni di wilayahnya.

Suatu ketika, ketika Kamijo sedang mengasah cakar-cakarnya di batang pohon, ia melihat seekor anoa yang sedang diburu oleh seorang pemburu yang menggunakan persenjataan lengkap. Terdorong oleh naluri alamiah untuk mempertahankan wilayahnya, spontan Kamijo langsung berlari menuju ke arah pemburu tersebut.

Melihat bahaya yang mengancam tersebut, pemburu langsung refleks mengacungkan senapannya dan menembakkannya ke arah Kamijo. Ya, Kamijo hampir mati saat itu. beruntung pemburu tersebut bulanlah pemburu liar yang berniat untuk membawa Kamijo dan mengulitinya. Sebaliknya, pemburu tersebut malah membiarkan Kamijo tekapar dan ia melarikan diri.

Dalam kondisi sekarat tersebut, tidak lama, datanglah seekor harimau lainnya bernama Nania. Nania menghampiri Kamijo dan membersihkan luka di tubuh Kamijo dan mengeluarkan peluru senapan yang bersarang di tubuh Kamijo. Setelah itu, Kamijo dan Nania menjadi dua harimau yang bersahabat.

Kejadian kecil ini kelak menyadarkan Kamijo bahwa siapapun dia, meskipun ia berbeda namun akan selalu ada tempat baginya untuk diterima di wilayahnya. Sejak saat itu Kamijo bertekad untuk semakin menjadi seekor harimau yang lebih tangguh agar dapat melindungi dan mempertahankan wilayahnya.

Tidak lama, Kamijo mendengar kabar adanya segerombola pemburu dari Afrika, tanah tandus dan kering di belahan bumi lain. Ya, tempat dimana Kamijo pernah mendengar adanya keluarga jauhnya, ya..ia pernah mendengar tentang Singa. Hewan yang konon di juluki raja rimba. Kamijo sangat ingin dapat bertemu dengan raja rimba tersebut, karena ia tidak yakin bagaimana bisa disebut raja rimba jika dalam melakukan perburuan mereka melakukannya dengan 'keroyokan'. Maka Kamijo menceritakan kepada Nania tentang keinginannya tersebut dan mengajak Nania untuk ikut bersamanya. Mulanya Nania tidak tertarik, namun setelah Kamijo membohonginya dengan mengatakan banyak santapan lezat di negeri sana, Nania tidak daat menolaknya,

Ketika gerombolan pemburu tersebut lengah, Kamijo dan Nania menyusup ke dalam kapal yang membawa mereka. Ya, waktu berlalu dan merupakan perjalanan yang menyulitkan bagi Kamijo dan Nania, gelap, lapar, haus, gelap, ombang ambing ombak, di bawah dok kapal laut tersebut. Namun, akhirnya sampailah mereka di daratan hitam tersebut.

Sesampainya disana, mereka langsung menyeruak keluar dan berlari tanpa arah ke arah padang tandus tempat dimana singa berada. Melewati hutan belantara, sabana, sungai, lembah, akhirnya sampailah ia pada padang luas dimana ia bisa melihat ada sekawanan zebra.

Tidak lama, ia melihat segerombolan singa bergerak dibelakang belukar untuk menyergap zebra tersebut. Dan, ya, zebra tersebut tertangkap dan menjadi santapan malam mereka. Kamijo terdorong rasa ingin tahu untuk mengetahui komunitas singa ini. Maka, malamnya ia mengajak Nania untuk memberanikan diri ke gua tempat para singa tinggal. Disana mereka berkenalan dengan pimpinan singa disana yang bernama Enju.

Sejak melihat sosok mereka berdua, Enju sudah tidak begitu menyukainya karena mereka adalah sosok lain yang sama tangguhnya dengan mereka, para singa. Hanya saja mereka berbeda lingkungan tempat dibesarkan dan berbeda cara berpikirnya. Setelah sedikit basa basi perkenalan, akhirnya Kamijo mengutarakan niatnya untuk bersama-sama dengan komunitas singa selama beberapa bulan dan hidup selayaknya singa.

Jam berganti, hari berlalu, bulan dilewati, Kamijo dan Nania menjadi sosok harimau yang hidup layaknya singa, dalam komunitas dan melakukan perburuan secara komunal. Namun, tetap saja Kamijo dan Nania tidak akan pernah mampu untuk berlari secepat singa betina dan cheetah., tidak diperdulikan oleh para hyena ketika mereka mencoba mengusir buruan hyena layaknya singa jantan. Kamijo menyadari bahwa memang mereka tidak akan pernah mampu melakukan hal-hal tersebut..mengapa..? karena mereka harimau, mereka bukanlah singa ataupun cheetah. Kamijo menyadari bahwa ia dan Nania tidak diperdulikan oleh hyena bukanlah karena Kamijo dan Nania tidak memiki kemampuan dan wibawa, melainkan karena para hyena yang memang belum mengenal dan tidak familiar dengan keberadaan dua makhluk loreng hitam-oranye ini.

Ironisnya, bukan hal yang aneh jika sesekali terlontar ucapan dan tindakan dari Nania yang mengatakan bahwa mereka, Harimau, adalah hewan yang bodoh dan lemah karena tidak dapat melakukan hal-hal yang singa dan cheetah dapat lakukan. Anehnya, adapula saaatnya Nania seringkali merasa sombong dan merasa telah melakukan banyak hal karena merasa mampu melakukan yang singa lakukan. Parahnya, dalam komunitas singa tersebut juga banyak sekali singa-singa tolol dan angkuh yang mengutarakan hal serupa dnegan yang dipikirkan Nania, termasuk pimpinan mereka Enju.

Setelah merasa mendapatkan banyak pengalaman hidup dan belajar untu hidup diluar zona nyamannya, Kamijo memutuskan untuk kembali ke rimba hutan hujan tropis dan menjalani yang terbaik yang dapat ia lakukan, sebagaimana yang pernah ia lakukan juga yaitu dengan memberikan yang terbaik yang ia mampu selama ia hdup di savanah Afrika sebagai singa.

kisah berakhir disini..pilihan kembali kepada pembaca untuk menghakhiri kisah ini dan menlakukan penilaian atas kepribadian hewan-hewan dalam cerita ini. Ya, seperti itulah hidup, selalu ada pilihan yang harus kita buat.

saranku :
lakukan saja yang terbaik dimanapun kita berada. Di saat kita tidak tahu harus berbuat apa-apa adalah lebih bijak diamlah, dan tunggu momen untuk bergerak yang jauh lebih baik.

salams,
Anda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar