Selasa, 06 April 2010

Studium Generale Encik Anwar Ibrahim



Alhamdulillah akhirnya Aku bisa datang dan mengikuti kuliah umum cik' Anwar Ibrahim yang diselenggarakan KSM UI di Auditorium Pusat Studi Jepang Kampus FIB UI ini, Jumat 5 Des 08.

Selama ini Aku hanya bisa melihat sosok dan pemikiran Beliau melalui TV dan media saja, so it's really my honour to attend there dan mendengarkan langsung pemikirin-pemikiran Beliau (termasuk foto bersama).

Awalnya, sepertinya panitia berniat untuk mengundang Prof. Dr. Gumilar Sumantri, Der Soz sebagai Keynote Speaker, tapi entah mengapa tidak jadi, mungkin karena alasan jadwal beliau..Sebagai gantinya, sambutan sendiri disampaikan oleh Mr. Akinori Seki dari Sasakawa Peace Foundation dan Mr. Halim Djafar dari Institut Kajian Malaysia...

judul kuliahnya sendiri adalah : "Can Asia Survive From Global Economic Crisis, A Challange Toward Asia Renaissance"., berikut akan sedikit Aku share tulis isi kuliah Beliau,..(menurut versi catatan yang Aku buat selama kuliah berlangsung, jadi kalau ada kesalahan mohon diperbaiki saja...).

JALANNYA KULIAH
Jam 09.10 Mr. Anwar mulai memberikan kuliah dengan sedikit becandaannya tentang misinterpretasi yang biasa ada antara Indonesia dan Malaysia tentang definisi kata 'seronok'. Selanjutnya, bahasan berlanjut ke topik pilar utama untuk menyokong bangkitnya kembali negara-negara Asia. terkait hal yang kedua ini, Beliau mengatakan ada 4 faktor untuk menjadikan 'Asia Perkasa', yaitu : Strenghthen in Politic, Economic, Knowledge, and culture.

Encik Anwar, --yang memang banyak Malaysian called him as an Indonesian, since most of his views and opinions be pressumed by the majority there terlalu Pro-Indonesia-- mengatakan bahwa sebagai pribadi, Beliau sangat mengagumi dan menghormati sosok-sosok founding father Indonesia, seperti Natsir, Soekarno, dan Hatta.

Beliau mengatakan kagum dengan konsep pemikiran M.Natsir, terutama kutipan kalimat Natsir yang mengatakan 'Janganlah suatu Bangsa sambil membangun, merobohkan...maksudnya adalah yang dibangun adalah infrastruktur dan gedung-gedung namun merobohkan manusianya sebagai pilar utama pembangunan suatu bangsa merdeka.

Konsep pemikiran Mr. Anwar berikutnya adalah beliau mengatakan konsep teori pasaran (liberalism) should not be avoided, melainkan harus diperbaiki (berbeda dengan socialism yang menurut beliau telah terbukti melakukan pemerataan kemiskinan di seluruh lapisan masyarakat). Liberalisme yang saat ini jatuh tidak dengan sendirinya, namun sebaliknya malah menjadi momentum bagi seluruh pihak untuk mencari kelemahan liberalisme dan memperbaikinya. Memperbaiki dengan proses penyerapan teori-teori ekonomi dan nilai-nilai dari sistem ekonomi lainnya misalnya ekonomi islam. Memang, Beliau tidak mengatakan langsung mengenai ini (penerapan ekonomi islam), namun secara implisit Aku menyimpulkan dari kolaborasi dua pendapat Beliau. Pertama, Beliau mengatakan 'we should stay in liberalism', tapi disisi lain dia juga menjawab pertanyaan dari audiens tentang penggunaan dirham dan dinar -sebagai mata uang tunggal Asia-, sebagai hal yang patut dipertimbangkan, bukan dihindari.

Selanjutnya, lulusan Universiti Malaya ini juga mengatakan pentingnya keberadaan dan partisipasi pemuda dalam menentukan berhasil atau tidaknya program Asia Renaissance. beliau mengungkapkan bahwa sebaiknya para pemikir muda, khususnya kaum akademik jangan memposisikan diri mereka secara spesifik, apa sistem/mahzab ekonomi yang mereka anut atau dukung. Melainkan menyerap semua paham untuk kemudian mencari solusi terbaik.

Pembahasan sedikit melenceng dalam sesi tanya jawab, yaitu memasukki lingkup politik. Ketika ada audiens yang bertanya : "if you were a president, what are you solutions to succeding the program (renaissance) ?" then he said : " Not if, but when (yang langung mengundang tawa dan tepuk tangan audiens), dia mengatakan akan melandaskan pada 4 program : Freedom of conscience, freedom of religion, freedom of expression, dan rule of law.

terkait dengan freedom of expression, Beliau secara jujur mengatakan bahwa negaranya (Malaysia) adalah negara yang termasuk tertinggal dibanding di Indonesia. Cukup miris juga mendengar pernyataan Beliau yang mengatakan bahwa dia sudah diberi kesempatan untuk berbicara dan berpendapat di berbagai negara dan universitas terkemuka di dunia, seperti Oxford, Cambridge dan UI, namun dia sama sekali tidak pernah dapat 'masuk' ke lingkungan akademik di Malaysia.

Ada satu fakta kecil yang menarik, Beliau bercerita ketika tahun 2006, ketika Ia bertemu dengan Al Gore. Gore mengatakan "We (Americans) should take Obama seriously, he is smart, and dilligent..". Dain Ia mengiyakan statement Gore, ternyata benar pada pemilihan Presiden Amerika Serikat lalu, Obama menjadi pemenangnya.

Selanjutnya, dengan jujur dia menjawab pertanyaan audiens tentang hubungan Indonesia-Maaysial yang selalu tidak harmonis (istilah Beliau : diharmonis-harmoniskan). Seperti ulah Malaysia yang mencuri lagu Bengawan Solo, dengan jujurnya dia mengatakan bahwa rakyat Malaysia kebanyakan adalah rakyat yang belum tahu, jadi kalau memang belum tahu ya diingatkan saja, Beliau juga mengakui kalau ketika diingatkan memang kenyataannya sikap para eksekutif Malaysia lebih sombong. Misalnya dalam hal lagu Bengawan Solo yang jelas-jelas dalam liriknya menceritakan kota Solo hanya ada di Indonesia, namun para petinggi di Malaysia masih 'keukeuh' kalau itu lagu mereka. Sikap-sikap seperti itulah (arrogance) yang menurutnya harus diubah oleh para elite di Malaysia. Sebenarnya, masih banyak pembahasan lain yang Beliau uraikan, namun karena Aku terlalu asik mendengarkan jadi tidak mencatat semuanya.

Sejujurnya, Aku bukanlah orang yang terlalu mengagumi pemikiran-pemikiran Beliau, khususnya ada beberapa pemikiran yang Aku rasa bukanlah suatu solusi untuk membangun suatu bangsa. Seperti tentang dukungannya kepada pemilik-pemilik modal (tidak hanya IMF) untuk memberikan suntikan dana bagi negara berkembang.

Namun diluar itu, Aku kagum dengan kejujurannya. Kejujurannya tentang Indonesia misalnya. Beliau mengatakan Ia sangat iri dengan bangsa ini yang pernah punya sosok-sosok seperti Hatta, Natsir, dan Soekarno yang menurutnya benar-benar tokoh pergerakan yang pengaruhnya bisa sampai berabad-abad. Di Malaysia tidak bernah ada sosok seperti itu.

Jadi, sebagai anak muda Indonesia, sudah seharusnya kita bangga. Jangan jadi bangsa yang minder, kita punya kebudayaan, kekayaan alam, potensi ekonomi, pendiri negara yang sangat kharismatik, dan total dalam membela kepentingan bangsa, dan kita juga mempunyai sejarah yang dapat membuat kita bangga sebagai sebuah bangsa, bangsa Indonesia.

semoga bisa jadi bahan pelajaran, dan masukan buat semua,

PS : Terimakasih untuk Najwa dari Kepanitiaan Asian Renaissance (PO Kegiatan ini) yang memberikan Aku dan rekanku untuk berfoto bersama Mr. Anwar.

wassalamualaikum wr.wb.

-Anda-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar